“….Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.….”
Dalam ayat ini, Allah SWT menegaskan bahwa pemerintahan suatu negara diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
“Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”
Meski sistem demokrasi Indonesia menganut paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, tetapi pada praktiknya kekuatan sudah berpindah dari rakyat ke negara. Dewasa ini, kata Dr Ali Muhammad Ash Shallabi dalam bukunya “Ad-Daulah Al-Haditsh Al-Muslimah, Da’a ilmuwan wa Wazha ifuha” negara menjadi pemegang kekuasaan pada sebagian besar urusan rakyat mulai dari pengajaran, informasi, kebudayaan, kesehatan, pengadilan, urusan-urusan agama, keamanan, militer, dan ekonomi.
Untuk mengurusi hal itu semua diperlukan pemimpin yang cerdas, berpengetahuan, berilmu, dan juga memiliki kesehatan fisik yang kuat. Sebagai umat Islam kita tidak boleh taklid alias cinta buta terhadap seseorang yang dipilih menjadi pemimpin.
Taklid buta diharamkan dalam syariat, yaitu memahami suatu hal dengan cara mutlak dan membabi buta tanpa memperhatikan ajaran Al-Qur’an dan hadis. Terkadang, orang taklid buta tidak memerhatikan lagi apa yang diikutinya walau sudah bertentangan dengan Al-Qu’ran dan Hadits. Jadi, taklid artinya mengikut tanpa alasan atau meniru dan menuruti tanpa dalil.
Talut, kaum proletariat yang mendapat pununjukan langsung dari Allah melalui Nabi Samuel untuk menjadi raja. Kebanyakan raja yang ada di muka bumi (kecuali Nabi Sulaiman) ini mendeklarasikan sendiri dirinya menjadi raja seperti Abrahah, Firaun, dan raja-raja lainnya setelah.
Talut menjadi istimewa karena langsung ditunjuk Allah. Penunjukan Talut menjadi raja dan protes kasta lain di zamannya terkait penunjukan itu diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 247 yang artinya:
“Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.”
Dideklarasikannya Talut menjadi raja kaum Bani Israel oleh Nabi Samuel itu atas permintaan para pemuka Bani Israel yang meminta agar Nabi Samuel mengangkat di antara mereka seorang raja. Permintaan ini dibadikan di Al-Baqrah ayat 246 yang artinya.
“Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, ‘Angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami berperang di jalan Allah’. Nabi mereka menjawab, ‘jangan-jangan jika berperang diwajibkan atasmu kamu tidak akan berperang juga?’ Mereka menjawab, ‘mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung halaman kami dipisahkan dari anak-anak kami?’ Tetapi ketika perang Itu diwajibkan atas mereka, mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim.”
Di tengah kekecewaan para pemuka Bani Isral karena Talut dijadikan raja oleh Allah, Nabi Samuel menyampaikan, meski keputusan itu tidak diterima, Allah tetap akan menetapkan (melantikan) Talut jadi raja. Diresmikannya Talut menjadi raja setelah datangnya Tabut.
Terkait hal tersebut diabadikan Allah dalam Al-Baqarah ayat 248 yang artinya.
“Dan nabi mereka berkata kepada mereka, ‘Sesungguhnya tanda kerajaannya (Talut) ialah datangnya Tabut kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga dan keluarga Harun yang dibawa oleh malaikat. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran Allah bagimu Jika kamu orang beriman.”
Sementara itu penulis legendaris buku Hidup Sesudah Mati (alm) Haji Bey Arifin dalam bukunya “Rangkaian Cerita Alquran Kisah Nyata Peneguh Iman” mengatakan, Tabut adalah sebuah barang berbentuk peti pemberian Allah yang sangat besar. “Artinya bagi bangsa Israel sejak zaman Nabi Musa sampai jauh sesudah peninggalannya Nabi Musa,” katanya.
Kata Haji Bey, Tabut bisa dikatakan sebuah barang keramat dengan arti yang sebenar-benarnya. Baik ketika Bani Israel sedang menghadapi perang dahsyat maupun dalam keadaan yang genting, jika mereka melihat Tabut itu mereka mendadak menjadi tenang dan tabah hatinya sehingga dapat melawan musuh kita mengalahkannya.
Tentang Talut, Haji Bey menjelaskan, dia adalah anak desa dalam negeri itu. Bahkan Talut anak seorang yang Melarat. Jangankan akan dikenal sebagai pemimpin, dalam pergaulan sehari-hari saja jarang orang kenal kepadanya.
Tetapi kata dia, Talut adalah seorang anak yang hebat, kuat, dan sehat. Talut memiliki perawakan tinggi dan gagah, matanya tajam dan pemikirannya luas dan panjang. Selain itu dia mempunyai hati yang suci bersih dan budi yang agung. “Dia tinggal di desa kecil bersama bapaknya, pekerjaannya bertani dan berternak,” katanya.
Haji Bey mengatakan, perintah Allah agar Nabi Samuel menyampaikan wahyu bahwa Talut harus menjadi raja kaum Bani Israel itu ketika pertemuann keduanya di sebuah bukit antara Safa. Ketika itu Talut bertanya akan keledainya yang hilang kepada Nabi Samuel.
Samuel menjawab adapun keledai yang hilang itu sekarang sedang berjalan pulang menuju kandangnya. Samuel meminta Talut jangan lagi bersusah payah mencari keledainya, karena ada sebuah urusan yang lebih penting dan lebih mulia daripada urusan keledai yang hilang. “Saya kemukakan bahwa Allah telah memilihmu menjadi raja bagi bangsa Israel ini,” katanya.
Samuel mengatakan, tujuan Allah mengangkat Talut dijadikan seorang raja untuk mempersatukan, menyusun kekuatan Bani Israel untuk menghadapi musuh-musuh yang sudah menjajahnya sekian lama dan mengusir mereka dari negeri ini. “Allah sudah menjanjikan pertolongan-Nya bagia engkau. Engkau akan mendapat kemenangan dalam pertempuran dengan penjajah itu,” katanya.
Mendengar pesan penting itu, Talut kaget dan tak percaya. Ia berkata. “Apakah benar saya akan jadi raja, pemimpin, dan jenderal mereka?”
Kata dia, bagaimana dirinya dapat menjadi raja, memegang pimpinan atas bangsa yang besar itu? Samuel memotong pertanyaan Talut yang belum selesai dan berkata. “Ini adalah kehendak dan wahyu Allah. Engkau harus bersyukur atas nikmat Allah dan membulatkan pikiran untuk memimpin perjuangan.”
Anugrah Allah kepada Talut itu sesuai firman Allah kepada Nabi Muhammad dalam surah Ali-Imran ayat 26 yang artinya:
“Katakanlah Muhammad, Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”https://asiafyas.com/